“Informasi
adalah bla.. bla.. bla..” jawab gue bangga.
“Ok.
Nah, jadi Sistem Infomasi itu apa?” tanyanya lagi dengan mimik muka serius.
“Aha!” dalam hati gue bersorak bergembira. Tanpa sadar muka gue
berubah sumringah berlebihan. Mata membesar, mulut menganga, hidung kembang
kempis.
“Enggak
jadi!” tiba-tiba dia berhenti bertanya dengan muka jutek.
Muka
gue yang sedang berbunga-bunga untuk menjawab pertanyaan yang sudah gue hapal
dari rumah, otomatis layu.
“Beng,
kau curang. Pasti sudah tanya sama teman tentang pertanyaan Bapak ya?!”
Tuduhnya penuh dengan kecurigaan terhadap mahasiswa cute kayak gue. Lafalan mantra gue terhenti.
Muka
gue polos. Tanpa ekspresi gue menggeleng lemah.
Glek!
Gue menelan ludah. Mantra gue lanjutin lagi.
“Ganti
pertanyaan,”
“B-boleh
pak” respon gue pasrah.
“Kau
yang perempuan sendirian waktu ke Malaysia itu bukan?”
“Iya
pak”
“Saat
studi banding itu, ya kan?”
“Bener
pak”
“Nah,
waktu itu beli apa aja di pasar malemnya”
Gue
jedotin kepala. Dosen jedotin kepalanya ke meja. Gue diem. Dia diem. Ruangan hening
satu abad.
Selama satu abad gue menikah dengan pangeran gue sekaligus punya anak lucu-lucu dan hidup bahagia selama-lamanya.
***
Enggak
terasa satu abad berlalu. Judul gue akhirnya diterima juga walaupun dilewati
dengan pertanyaan-pertanyaan konyol. Selesai melewati tahap awal pengajuan
judul gue langsung minta persetujuan kajur.
Gue
berjalan pelan keluar dari ruangan. Lalu menelusuri lorong-lorong kampus ke
ruangan kajur. Hati gue lompat-lompat dan balap karung. Gue keder kalo sudah
berhadapan langsung di depan muka kajur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar