Secara
otak gue sudah diracuni kakak-kakak tingkat sebelumnya, kalo kajur kita ini
adalah dosen paling ditakuti dikampus. Orangnya moody, kalau mood nya
lagi baik dia bisa senyum dan bisa ngajak ngobrol dari hal-hal yang sederhana
sampe bahas tentang sejarah komputer sejak tahun jebot.
Nah, beda lagi kalo mood dia sedang jelek. Kata para senior
yang sudah bangkotan di kampus, muka kajur bakal ditekuk dan dilipet sedemikian
rupa. Apalagi kalo kita tetap nekat minta tanda tangannya untuk keperluan surat
menyurat kampus. Semua orang yang di
dekatnya bakal di telan hidup-hidup!
“Glek!”
Gue nelen ludah satu galon.
Sejak
racun itu menghantui gue. Ketika gue mau berhadapan langsung dengan kajur, semalam
suntuk gue membuat surat wasiat untuk menghindari beberapa hal yang tak
diinginkan.
Gue
membuat surat wasiat, kalo-kalo nasib gue bakal lebih buruk dari sebelumnya.
Dear siapapun yang membaca,
Entah nasib gue atau bukan, yang
jelas gue antisipasi dengan beberapa hal buruk di kemudian hari. Untuk itu, gue
membuat surat wasiat ini dengan kesadaran penuh dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Nama gue, SiBengal. Cukup panggil
gue Bengal atau Beng.
Dengan ini menyatakan wasiat,
jikalau gue enggak ada lagi di kampus tercinta ini. Itu artinya gue sudah
wisuda dengan penuh sukacita.
Dan jikalau gue masih tetap di kampus ini sampai
tahun kedelapan. Itu artinya gue ditelen idup-idup oleh kajur gue. Ditelen
terus dimuntahin lagi. Ditelen lagi terus dimuntahin *repeat 10x*
TTD,
With Love,
SiBengalLiar
Setelah
membuat surat wasiat. Gue merasa aman. Setidaknya, gue punya alibi maha konyol
ketika gue ditanyain bokap nyokap perihal kelulusan gue di kampus ini. Ya, ya,
terdengar cukup keren.
“DORRR!”
sergap Okta dari belakang
“Ehh,”
gue menoleh ke arahnya dengan tatapan nanar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar